Okupansi Hotel di Labuan Bajo Naik Signifikan

Pariwisata185 Dilihat

LABUANBAJOTODAY.COM, MABAR – Tingkat hunian hotel di Labuan Bajo terus menunjukkan tren positif, seiring dengan meningkatnya rata-rata lama tinggal wisatawan dan banyaknya program pariwisata.

Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah AD_4nXeJjhlBaOOr-jSX6uf98hikHJtIbHUPvUf-0eddYC0zzN9UN8BIsA7c6uGyI3Zq4V-4zdItCtTuTgj5sFglH7wVPl32hNjaZiViiJX-NPnCzs44XNAwmZpB8VeS9mQYDTKlP42yYCE8cxRAgNzAXc3XnUY


Hal ini diungkapkan Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Frans Teguh, saat gelaran Diskoria (Diskusi Kolaborasi Bersama Media) edisi Juni, Selasa (24/6/2025) sore di Ruang Rapat Florata, Kantor BPOLBF.

Forum ini merupakan agenda rutin BPOLBF yang mempertemukan media, mitra strategis, dan pemangku kepentingan lainnya untuk memperkuat narasi pembangunan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan di wilayah koordinatif.

Baca juga :Kunjungan Wisatawan ke TN Komodo Naik Drastis

Dalam paparannya, Frans menyebut bahwa pada April 2025, rata-rata lama tinggal wisatawan (length of stay/LOS) mencapai 2,33 malam, naik dibandingkan Maret yang hanya 2,15 malam.

“Wisatawan yang menginap di kategori resort, hotel bintang 4, dan bintang 5 rata-rata tinggal dua malam. Sedangkan hotel bintang 4 ke bawah, lama tinggalnya antara dua sampai tiga malam,” ujar Frans.

Ia juga memaparkan bahwa tingkat okupansi hotel di Labuan Bajo mengalami peningkatan signifikan. Pada April 2025, okupansi resort naik 32,81%, hotel bintang 4 naik 49,14%, dan hotel bintang 5 naik 55,25%.

Sedangkan pada bulan Maret, tingkat hunian tertinggi justru ada di kategori resort sebesar 43,5%, disusul hotel bintang 4 sebesar 30,4%, dan hotel bintang 5 sebesar 21,3%.

Baca juga :41 Peserta Ikut Yoga dan Meditasi di Parapuar Labuan Bajo

Wisatawan asal China mendominasi kunjungan di Maret dengan persentase 26,3%, diikuti Indonesia (21,1%), Amerika Serikat dan Singapura masing-masing 10,5%, serta negara-negara seperti Perancis, Australia, Malaysia, dan lainnya dengan 5,3%.

Terkait aksesibilitas, Frans menegaskan bahwa kendati terdapat dinamika pada operator penerbangan, Labuan Bajo tetap menjadi destinasi dengan tingkat keterisian kursi (load factor) yang tinggi.

“Kami tetap membuka ruang bagi maskapai alternatif. Pasar Eropa dan Barat cenderung menggunakan moda laut, sementara wisatawan dari Singapura, Malaysia, dan Tiongkok dominan lewat jalur udara,” jelasnya.

Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah AD_4nXcQxpIHJYq2dchMQcRf40P-PV4Vh4k7tJtNf3iCROT6UCg2rrMNsJ_wbkNFpxltb0-pBJp5OSyUZ4JS6L_rbVaTlsTQ4wJ9xafoSveJSk7K_AgbIdCQQh3lCysWjGitBtjo9Tv2


Frans juga menambahkan bahwa BPOLBF terus mendorong ragam program strategis seperti pengembangan wisata religi Katolik di luar Manggarai Barat, penguatan kalender event, serta pelaksanaan Floratama Plus Destination Leadership Program dan wellness tourism seperti Flow & Glow yang sukses digelar pada 21 Juni lalu.

“Ini bagian dari upaya kami menciptakan destinasi yang inklusif dan adaptif terhadap tren global,” pungkas Frans.

Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *