Bupati Manggarai Sebut Isu Geothermal Poco Leok “Unprecedented”

Ragam35 Dilihat

LABUANBAJOTODAY.COM, RUTENG – Bupati Manggarai Herybertus Nabit menyebut isu geothermal Poco Leok sebagai persoalan “unprecedented” atau belum pernah terjadi sebelumnya.


“Ini persoalan yang belum pernah kita hadapi sebelumnya. Dulu kita sepakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan hak masyarakat. Tapi sekarang muncul tafsir baru, ada yang melihat berbeda. Ini bukan sekadar soal benar atau salah, tapi cara pandang yang berbeda,” kata Hery dalam dialog geothermal di Ruteng, Kamis (21/8/2025).

Baca juga :366 Property Hadirkan Standar Baru dalam Investasi Labuan Bajo

Hery menegaskan mediasi adalah jalan terbaik. “Kami menyambut baik peran Komnas HAM. Awalnya terasa berat, seperti diadili. Tapi itu bagian dari belajar bersama. Pemerintah tidak alergi dievaluasi,” ujarnya.

Ia juga menyoroti dinamika adat yang ikut mempersulit isu geothermal. “Dulu tanah ulayat yang sudah dibagi dianggap milik pribadi. Sekarang diperdebatkan lagi. Ini menunjukkan budaya kita hidup, tapi juga membuat isu geothermal makin kompleks,” katanya.

Meski begitu, Bupati Hery mengingatkan tujuan utama proyek panas bumi Poco Leok, yaitu kebutuhan listrik jangka panjang. 

“Listrik adalah prasyarat kemajuan. Tanpa listrik, pendidikan terbatas, ekonomi lambat, pertanian stagnan. Kita harus siapkan hari ini untuk kebutuhan 10–15 tahun ke depan. Karena itu proyek ini harus kita bahas dengan kepala dingin,” jelasnya.

Baca juga :Desa Binaan Jadi Fokus KSP Saat Kunjungan ke Imigrasi Labuan Bajo

Sementara itu, Wakil Rektor III Unika Santu Paulus Ruteng, Romo Fransiskus Sawan, mengingatkan bahwa geothermal bukan sekadar isu teknis. 

“Isu ini menyentuh aspek ekologis, sosial, budaya, dan moral. Universitas hadir bukan untuk menentukan siapa benar atau salah, melainkan menyediakan ruang dialog agar semua suara bisa didengar,” katanya.

Ia menegaskan sikap Gereja Katolik melalui Keuskupan Ruteng sudah jelas menolak geothermal. 

“Forum ini dimaksudkan untuk memperdalam pemahaman: mengapa Gereja menolak, apa pertimbangan ekologis dan moral di baliknya, serta bagaimana mencari model pembangunan yang lebih manusiawi,” ujarnya.


Forum dialog ini digagas FP2D Manggarai bersama Unika Santu Paulus Ruteng, menghadirkan berbagai narasumber lintas sektor. 

Hadir antara lain Gubernur NTT Melki Laka Lena, Bupati Manggarai Heribertus Nabit, perwakilan PLN, JPIC SVD Ruteng, akademisi, serta organisasi mahasiswa.

Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.