Pariwisata Labuan Bajo Melejit, Sinyal Emas bagi Investasi Pangan Lokal

LABUANBAJOTODAY.COM,MABAR – Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat mulai mendorong penggunaan pangan lokal dalam berbagai kegiatan dan sektor usaha di daerah.

Langkah ini diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Pangan, yang kini tengah diturunkan menjadi tujuh peraturan bupati (Perbup).

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (KP2) Manggarai Barat, Fatinci Reynilda, mengatakan salah satu poin penting dalam rancangan Perbup adalah kewajiban menggunakan minimal 60 persen produk pangan lokal dalam berbagai kegiatan. 

Aturan ini, kata dia, juga akan diterapkan di hotel, restoran, hingga rapat-rapat pemerintahan.

“Ini menggambarkan keseriusan pemerintah untuk menggunakan pangan lokal 60 persen dalam segala aktivitas, baik hotel, restoran, maupun kegiatan kantor,” kata Fatinci saat menjadi narasumber dalam diskusi Festival Pangan di Puncak Waringin, Sabtu (8/11/2025).

Menurutnya, kebijakan ini membuka peluang besar bagi pelaku usaha dan kaum muda untuk mengembangkan produksi pangan lokal. 

“Pasarnya sudah ada di daerah kita sendiri,” ujarnya.


BACA JUGA :
– Lima Contoh Investasi Properti Menjanjikan di Labuan Bajo
– Jelajah Pulau Sumba 4 Hari 3 Malam bersama LABAHO
– Tarif Sewa Motor dan Mobil Terbaru 2025 di Labuan Bajo
– Kolaborasi Lewat Program In-Flores, Konservasi Komodo Diperkuat 
– Tips Hemat Nikmati Open Trip ke Wae Rebo


Namun, upaya meningkatkan penggunaan pangan lokal masih menghadapi tantangan besar. Ketua Bidang Hotel Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Manggarai Barat, Yuvensius Darung, menyebut sebagian besar kebutuhan pangan di Labuan Bajo masih didatangkan dari luar daerah.

“Kalau bicara sayur, buah, telur, daging, bahkan ayam, hampir 90 persen masih kita datangkan dari luar—dari Banyuwangi, Surabaya, Bali, Bima, sampai Sulawesi,” kata Yuvensius, Kamis (25/9/2025) lalu.

Ia menjelaskan, rantai pasok pangan lokal belum mampu memenuhi permintaan besar dari industri perhotelan dan wisata bahari. Padahal, belanja bahan pangan di sektor ini menyedot perputaran uang yang sangat besar.

“Kalau satu kapal wisata belanja kebutuhan makan-minum untuk trip tiga hari dua malam bisa habis Rp7–8 juta. Bayangkan kalau ada 300 kapal, perputaran uangnya bisa mencapai ratusan miliar per bulan. Belum lagi hotel-hotel,” ujarnya.

Yuvensius mencontohkan, jika 100 hotel membelanjakan rata-rata Rp3 juta per hari untuk bahan pangan, maka perputaran uang mencapai sekitar Rp300 juta per hari atau miliaran rupiah per bulan.

“Tapi pertanyaannya, apakah masyarakat lokal ikut menikmati manfaatnya? Sangat kecil, karena pasokannya bukan dari sini,” katanya.


Ia mendorong pemerintah daerah segera menyusun strategi pembangunan rantai pasok pangan lokal yang kuat, termasuk pemetaan lahan dan pendampingan petani agar mampu memenuhi kebutuhan pasar pariwisata.

“Kita perlu data, berapa hektar untuk menanam sayur tertentu, siapa yang menampung hasilnya, dan bagaimana menjaga harga supaya petani tidak rugi. Ini peluang besar kalau dikelola dengan baik,” tegasnya.

Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.

Mari bergabung di Group WA berita LABUAN BAJO TODAY setiap hari.
Nikmati berita terkini tentang Wisata dan Investasi di Labuan Bajo.