LABUANBAJOTODAY.COM, MABAR – Rintik hujan yang mengguyur sejak pagi tidak menghalangi ribuan umat Katolik di Labuan Bajo untuk mengikuti prosesi Jalan Salib Jumat Agung, Jumat, 18 April 2025.
Prosesi dimulai sejak pukul 07.00 WITA dari halaman Kantor Bupati Manggarai Barat menuju Gereja Santo Petrus Sernaru.
Umat berjalan perlahan menyusuri jalan basah. Mereka menundukkan kepala dalam doa dan kidung sengsara. Meski hujan terus turun, tidak tampak ada tanda-tanda keraguan untuk tetap melanjutkan ibadah.
Baca juga :INBISNIS Property, Menjadikan Properti Anda Lebih Berharga
Payung warna-warni menghiasi barisan panjang umat. Beberapa memilih untuk tidak menggunakannya, membiarkan hujan membasahi tubuh mereka sebagai bagian dari permenungan sengsara Kristus.
Yang menarik, banyak dari mereka mengenakan pakaian adat Manggarai. Kain songke dan busana hitam berbordir emas terlihat menyatu dalam iringan doa, memberi warna budaya pada prosesi religius ini.
Di barisan terdepan, beberapa petugas liturgi muda mengenakan jubah merah dan putih. Salah satu dari mereka membawa salib, sementara dua lainnya membawa lilin. Wajah mereka tampak tenang dan khidmat, meski langkah harus berhati-hati di jalanan yang basah.
Baca juga :Melangkah di Pulau Padar bersama Wisatawan Australia
Prosesi berhenti di tiap perhentian Jalan Salib. Di sana, doa-doa dibacakan dan renungan sengsara Yesus dikumandangkan. Suara umat menyatu dengan suara hujan, menciptakan suasana yang syahdu dan menyentuh.
Sepanjang jalan, warga yang tidak ikut berjalan turut menyaksikan dari pinggir jalan, beberapa ikut berdoa dalam diam. Jalanan yang biasanya ramai kini berubah menjadi lorong spiritual yang hening dan sakral.
Jalan Salib ini merupakan bagian dari rangkaian Pekan Suci menjelang Paskah. Di Labuan Bajo, perayaan Jumat Agung tidak hanya menjadi peristiwa keagamaan, tetapi juga momen kebersamaan dan ekspresi iman yang dalam.
“Walaupun hujan, kami tetap ikut sampai selesai. Ini bentuk pengorbanan kecil kami untuk mengenang pengorbanan Yesus yang jauh lebih besar,” kata Maria Dalu, salah satu umat yang mengikuti prosesi sambil mengenakan kain adat Manggarai.
Meski digelar di kota wisata yang terus berkembang, wajah Labuan Bajo pagi ini lebih menampakkan sisi religius dan tradisionalnya.
“Hujan justru memberi makna tersendiri. Kesederhanaan, ketekunan, dan pengharapan yang tetap menyala,” ujar Romo Paping Dahemat, yang menjabat sebagai Ketua Seksi Prosesi Jalan Salib.