Di Pantai Pede, Tawa Anak-anak Mengalahkan Deru Ombak

Pariwisata199 Dilihat

LABUANBAJOTODAY.COM, MABAR – Suara tawa anak-anak bersahut-sahutan dengan debur ombak di Pantai Pede, Minggu (1/6/2025) pagi ini.

Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah AD_4nXeJjhlBaOOr-jSX6uf98hikHJtIbHUPvUf-0eddYC0zzN9UN8BIsA7c6uGyI3Zq4V-4zdItCtTuTgj5sFglH7wVPl32hNjaZiViiJX-NPnCzs44XNAwmZpB8VeS9mQYDTKlP42yYCE8cxRAgNzAXc3XnUY


Matahari baru setengah tinggi ketika rombongan keluarga mulai berdatangan ke Pantai Pede, satu-satunya pantai publik yang masih mudah diakses dari pusat Kota Labuan Bajo.

Pagi ini, pantai itu dipenuhi keceriaan. Anak-anak berenang, bermain bola, saling kejar, dan melempar pasir. Gelak tawa mereka menyatu dengan semilir angin laut dan suara ombak yang memecah di bibir pantai.

Baca juga :Gabung Sekarang! Open Trip Harian Menyenangkan di Labuan Bajo

Di bawah rindangnya pohon asam, para orang tua duduk berselonjor. Ada yang menyeruput kopi, ada pula yang menikmati semangkuk mie instan hangat yang dibeli dari pedagang kaki lima. 

Pemandangan khas akhir pekan yang membuat siapapun yang melihatnya merasa tenteram dan damai.

Pantai ini mungkin tak punya resort mewah atau restoran pinggir laut seperti yang menjamur di bagian lain Labuan Bajo.

Namun, justru kesederhanaan itulah yang membuat Pantai Pede begitu berharga. Tanpa tiket masuk, tanpa batas akses. Siapa saja boleh datang dan menikmati hari.

Baca juga :Keliling Labuan Bajo Seharian? Coba RRI Bahari 01

“Anak-anak paling senang kalau diajak ke sini. Mereka bisa puas main air, dan kami orang tua juga bisa istirahat sejenak dari rutinitas,” kata Maria, warga Wae Mata yang datang bersama suami dan tiga anaknya.

Bagi banyak keluarga, terutama warga lokal, Pantai Pede adalah ruang publik yang tersisa di tengah geliat pariwisata eksklusif.

Beberapa pantai lain di sekitar kota ini telah diprivatisasi dan tak lagi bisa diakses secara bebas. 

Namun, di Pede, anak-anak masih bisa bermain lepas, dan orang tua tetap bisa duduk tenang menatap laut sambil menanti senja.

Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah AD_4nXcQxpIHJYq2dchMQcRf40P-PV4Vh4k7tJtNf3iCROT6UCg2rrMNsJ_wbkNFpxltb0-pBJp5OSyUZ4JS6L_rbVaTlsTQ4wJ9xafoSveJSk7K_AgbIdCQQh3lCysWjGitBtjo9Tv2


“Akhir-akhir ini susah cari tempat liburan yang gratis tapi menyenangkan. Pede masih jadi pilihan kami,” ujar Daud, pengunjung asal Golo Koe.

Andai lebih banyak pantai di Labuan Bajo seperti ini, terbuka, teduh, dan milik bersama, mungkin kota ini akan terasa lebih ramah. Bukan hanya untuk wisatawan, tapi juga bagi warganya sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *