Mandiri Sejak Dini, Siswa SMA di Labuan Bajo Jadi Pedagang Musiman

Bisnis93 Dilihat

LABUANBAJOTODAY.COM, MABAR – Kisah Indrocus Nanco, siswa kelas XII SMA Negeri 1 Komodo, bisa jadi inspirasi banyak orang. 


Selepas pulang sekolah, ia berganti seragam. Bukan lagi pelajar, melainkan pedagang musiman di sejumlah titik wisata Labuan Bajo, mulai dari Waterfront City hingga Bukit Silvia.

Indro, begitu ia akrab disapa, sadar betul perjuangan kedua orang tuanya yang bekerja sebagai petani di Golo Karot, Kecamatan Lembor. 

Baca juga :Cari Properti di Labuan Bajo? Inbisnis Property Solusinya!

Kadang sang ayah juga menerima orderan tukang bangunan untuk menambah penghasilan. Dari sanalah Indro belajar arti kerja keras.

“Kalau liburan SMP dulu, saya ikut bapak jadi tukang bangunan. Dari situ saya belajar cor, dan akhirnya pernah dipercaya bikin pagar rumah di Labuan Bajo. Hasilnya saya pakai untuk modal berdagang,” kata Indro saat ditemui di Bukit Silvia, Sabtu (23/8/2025).

Modal pertamanya ia gunakan membeli termos, kopi Manggarai, gula, dan minuman sachet. Awalnya ia harus nebeng tinggal di rumah keluarga di Golo Koe, lalu naik ojek menuju lokasi jualan. Sehari, keuntungan yang ia dapat Rp10 ribu hingga Rp30 ribu.

Perlahan, usahanya berkembang. Dari hanya menjual kopi dan minuman sachet, kini ia menambah stok Fanta, Sprite, hingga Coca Cola. 

Baca juga :LABAHO, Layanan Wisata Lengkap di Labuan Bajo

Cara jualannya pun berubah, dari keliling mendekati pembeli, menjadi menetap di bawah payung tenda kecil yang ia beli sendiri.

“Puji Tuhan, dari hasil berdagang saya bisa beli motor cash. Sekarang bisa ke lokasi jualan sendiri. Saya juga bantu orang tua biayai adik yang sekolah di SMK Nggorang,” ungkapnya.

Indro menegaskan, aktivitas berdagang sama sekali tidak mengganggu sekolah. Ia tetap belajar, bahkan bisa membaca buku sambil menunggu pembeli.

Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah AD_4nXcQxpIHJYq2dchMQcRf40P-PV4Vh4k7tJtNf3iCROT6UCg2rrMNsJ_wbkNFpxltb0-pBJp5OSyUZ4JS6L_rbVaTlsTQ4wJ9xafoSveJSk7K_AgbIdCQQh3lCysWjGitBtjo9Tv2


“Sekolah butuh pikiran untuk mengingat dan membaca. Kalau berdagang butuh tenaga. Jadi dua-duanya bisa jalan seimbang,” jelasnya.

Selain berdagang, ia juga masih menerima tawaran jadi tukang bangunan saat libur sekolah. Meski pernah dicibir teman sebaya dan orang di kampung, Indro tetap teguh.

“Sekolah itu persiapan orang tua untuk masa depan saya. Tapi nanti orang tua pasti sudah tidak kuat kerja. Saat itu saya harus sudah mandiri, jadi saya siapkan sejak sekarang,” tegasnya.

Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *