Sikap Tegas PHRI: Tolak Pembangunan Vila di Pulau Padar

Pariwisata86 Dilihat

​LABUANBAJOTODAY.COM, MABAR – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Manggarai Barat menyatakan sikap tegas menolak rencana pembangunan vila di Pulau Padar, kawasan Taman Nasional Komodo (TNK).

Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah labaho1.jpeg


PHRI menilai Pulau Padar harus tetap dibiarkan alami, tanpa bangunan apa pun selain fasilitas dasar untuk wisatawan.

“Kami tidak ingin pulau itu dikotori oleh bangunan apa pun, selain toilet untuk wisatawan dan ruang tunggu. That’s it, selesai,” tegas Yuvensius Darung, Ketua Bidang Hotel PHRI Manggarai Barat, Kamis (25/9/2025) malam.

Menurutnya, Pulau Padar seharusnya diwariskan secara utuh kepada generasi mendatang.

Baca juga :Yuk Lihat Langsung Komodo Bersama LABAHO Trip

“Biarkan alam itu jadi warisan untuk anak-anak,” ujarnya.

Bantahan Konservasi dan Tawaran Solusi

Yuvensius mempertanyakan alasan pembangunan yang dikaitkan dengan konservasi.

“Melindungi apa? Pulau itu tidak perlu dilindungi. Kondisi alaminya sudah cukup,” katanya.

Ia menyarankan jika ada investor yang ingin membangun vila premium atau hotel mewah, lokasinya sebaiknya di daratan utama

“Mulai dari Golo Mori sampai ke arah sini, masih banyak lokasi dengan pemandangan laut bagus. Bangun di situ,” tantangnya, dengan catatan tetap mematuhi aturan sempadan pantai.

Pariwisata Premium dan ITMP

Penolakan PHRI muncul seiring isu bahwa pembangunan di Padar merupakan tindak lanjut dari Integrated Tourism Master Plan (ITMP) 2018.

Dalam rencana induk itu, pulau-pulau di TNK disebut sebagai destinasi premium, eksklusif, dan privat.

Baca juga :Lonjakan Wisatawan ke TN Komodo: Hampir 300 Ribu Pengunjung dalam 8 Bulan

Yuvensius menyebut konsep premiumisasi bukan hal baru. Sebelumnya, sempat muncul wacana tiket masuk USD 500 per orang, yang ditentang keras karena tanpa sosialisasi jelas waktu itu.

“Mereka ingin buat eksklusif seperti Galapagos atau Maladewa. Itu hanya untuk wisatawan berduit tebal,” ujarnya.

Namun, menurut Yuvensius, konsep pariwisata super premium belum tepat diterapkan di Labuan Bajo, apalagi dengan membangun hotel besar di pulau kecil.

Kekhawatiran Dampak ke Hotel Lokal

PHRI juga menilai keberadaan hotel mewah di Pulau Padar bisa menggerus bisnis perhotelan di Labuan Bajo.

Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah AD_4nXeJjhlBaOOr-jSX6uf98hikHJtIbHUPvUf-0eddYC0zzN9UN8BIsA7c6uGyI3Zq4V-4zdItCtTuTgj5sFglH7wVPl32hNjaZiViiJX-NPnCzs44XNAwmZpB8VeS9mQYDTKlP42yYCE8cxRAgNzAXc3XnUY


Wisatawan premium bisa langsung membeli paket wisata terintegrasi: turun dari pesawat, naik kapal mewah, lalu menuju hotel di pulau tanpa singgah di kota.

Meski begitu, PHRI menegaskan tetap mendukung pembangunan pariwisata.

“Kami sangat setuju pembangunan di Labuan Bajo. Tapi jangan rusak Pulau Padar. Biarkan tetap hijau dan alami,” kata Yuvensius.

PHRI menutup dengan usulan agar fasilitas super premium dibangun di daratan utama, sehingga dampak ekonominya juga dirasakan masyarakat lokal.

Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *