Cerita UMKM Labuan Bajo yang Selalu Hadir di Setiap Festival

Bisnis36 Dilihat

LABUANBAJOTODAY.COM, MABAR – Setiap festival di Labuan Bajo selalu menghadirkan pelaku UMKM. Meski pengunjung kadang sepi, mereka tetap menjaga lapaknya sambil membawa cerita perjuangan dan semangat berusaha.

Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah labaho1.jpeg


Salah satunya adalah Maria Yasinta Yanti (37). Perempuan yang akrab disapa Yanti ini memajang produk rajutan tangan di lapaknya, mulai dari tas, dompet, hingga tas botol.

“Semua rajutan ini saya buat sendiri. Ada yang selesai sehari, ada juga yang butuh berhari-hari,” ujarnya sambil tersenyum, Kamis (2/9/2025).

Baca juga : Yuk Lihat Langsung Komodo Bersama LABAHO Trip

Yanti memberi nama usahanya Komorajut, singkatan dari “ko mo rajut apa pun bisa.” Sejak memulai usaha pada 2024, ia selalu ikut festival meski belum memiliki toko tetap dan masih mengandalkan promosi lewat media sosial.

Tak jauh dari Yanti, Qasilda Hadiyono atau Silda memasarkan souvenir dan kaos bergambar ikon Labuan Bajo melalui merek Weta Nara. Produk yang dijualnya mulai dari gantungan kunci perahu nelayan hingga kaos komodo.

“Saya mulai semuanya sendiri dan mempromosikannya lewat Instagram,” kata Silda.

Di sisi lain, Saripa (50), pemilik Warloka Aneka Rasa, melibatkan lima ibu rumah tangga asal Warloka Pesisir untuk memproduksi sambal ikan, sambal cumi, abon ikan sunu, dan ikan buaya. Produk mereka sudah sampai ke Bali dan Filipina.

“Kami sudah mengirim produk ke Bali dan Filipina,” katanya dengan bangga.

Baca juga :Dari Maggot sampai Sorgum, Ini 10 Ide Segar Anak Muda Mabar

Ada juga Arseliano Sultan atau Selo dari Kopi Timur yang membawa minuman berlabel “Kopi Timur” dan “Wae Rebo.”

“Kami juga ikut serta di Festival Golo Koe kemarin,” katanya.

Bertahan di Setiap Festival

UMKM besar seperti Warloka Aneka Rasa dan Kopi Timur tidak kesulitan ikut festival karena nama mereka sudah dikenal luas.

Namun, usaha baru seperti Komorajut dan Weta Nara menghadapi jalan lebih berliku. Yanti mengaku belum mendaftar resmi sebagai UMKM sehingga sulit mendapatkan kesempatan di festival besar.

Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah AD_4nXeJjhlBaOOr-jSX6uf98hikHJtIbHUPvUf-0eddYC0zzN9UN8BIsA7c6uGyI3Zq4V-4zdItCtTuTgj5sFglH7wVPl32hNjaZiViiJX-NPnCzs44XNAwmZpB8VeS9mQYDTKlP42yYCE8cxRAgNzAXc3XnUY


“Pertama kali saya membuka stan itu waktu Festival Pesta Kampung tahun lalu,” ujarnya.

Silda mencari cara agar produknya tetap bisa tampil di festival dengan nebeng di stan Warloka Aneka Rasa. “Kami bagi dua pembayaran,” ujarnya.

Setiap festival di Labuan Bajo, mereka terus menyalakan semangat. Bagi Yanti, Silda, Saripa, dan Selo, festival adalah ruang memperkenalkan produk, menjaga eksistensi, dan mewakili wajah Labuan Bajo hari ini.

Well, Silahkan tulis pendapatya di kolom komentar ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *