LABUANBAJOTODAY.COM, MABAR – Meski musim kemarau telah dimulai, hujan deras tetap mengguyur Labuan Bajo selama tiga hari terakhir, dari 28 hingga 30 Mei 2025.
Kepala Stasiun Meteorologi Komodo, Maria Seran, menyebut fenomena ini sebagai kemarau basah, yakni musim kemarau yang tetap diselingi hujan karena pengaruh dinamika atmosfer regional dan global.
Baca juga :Kepala Biro Humas ATR/BPN: Sertifikat Elektronik Bukan Sekedar Inovasi
Meskipun NTT sudah masuk musim kemarau, namun hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih sering mengguyur. Bahkan, kadang disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat.
“Ini tanda bahwa kemarau tahun ini berpotensi jadi kemarau basah. Artinya, meskipun secara musim sudah kemarau, hujan tetap terjadi karena pengaruh atmosfer regional dan global,” jelas Maria, Sabtu (31/5).
Maria menjelaskan, ada banyak faktor cuaca yang saling berkaitan. Salah satunya adalah suhu muka laut yang masih tinggi. Kondisi itu memicu penguapan dan memperbesar peluang terbentuknya awan-awan hujan.
Baca juga :Bupati Edistasius Lantik Pengurus PKK Periode 2025-2030
“Sekarang suhu laut di wilayah NTT masih hangat. Kelembaban udara di lapisan 700 hingga 500 milibar juga cukup tinggi. Selain itu, angin di lapisan bawah atmosfer melambat, yang membuat awan hujan terbentuk lebih aktif,” kata dia.
Tak hanya itu, adanya sirkulasi siklonik di selatan NTT juga memperkuat pola pertemuan angin atau konvergensi. Kondisi ini makin mendukung pertumbuhan awan hujan di Manggarai Barat dan sekitarnya.
Maria menyebut, hujan yang masih turun hingga akhir Mei ini bukan sekadar anomali. Tapi, hasil interaksi kompleks dari sistem atmosfer yang ada.
“Jadi, jangan heran kalau musim kemarau kali ini tidak benar-benar kering. Masih bisa hujan, bahkan cuaca buruk,” tegasnya.
Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.