Songkol, Makanan Tradisional Labuan Bajo yang Kembali Dikenalkan ke Wisatawan

Kuliner21 Dilihat

LABUANBAJOTODAY.COM, MABAR – Tak hanya terkenal dengan pesona laut dan pulau-pulaunya yang memesona, Manggarai Barat juga menyimpan kekayaan kuliner tradisional yang unik. Salah satunya adalah songkol, makanan berbahan dasar tepung singkong yang mulai kembali diperkenalkan kepada wisatawan domestik maupun mancanegara.

Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah labaho1.jpeg


Songkol merupakan warisan kuliner masyarakat Manggarai Raya meliputi Manggarai Barat, Tengah, dan Timur yang dahulu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sebelum masyarakat mengenal beras. Pada masa itu, jagung dan umbi-umbian menjadi sumber pangan utama yang diolah menjadi berbagai hidangan, seperti lenco, rebok, wesang, hingga luwuk. Sementara bahan singkong diolah menjadi lemet, sobol, jojong, dan tentu saja songkol.

Namun seiring berjalannya waktu, keberadaan makanan tradisional tersebut mulai terpinggirkan. Beras kini lebih banyak dikonsumsi, membuat sejumlah olahan berbasis singkong perlahan jarang ditemui. Hanya di beberapa wilayah pelosok, makanan ini masih dihidangkan sebagai bagian dari tradisi keluarga.

Keunikan songkol terletak pada cara memasaknya. Tepung singkong kering, atau dalam bahasa setempat disebut tete kilu, dimasak dengan alat tradisional dari tanah liat bernama lewing tanah dan potongan bambu yang disebut tobong


BACA JUGA :

– Menjelajah Pesona Labuan Bajo Bersama LABAHO
– Lima Contoh Investasi Properti Menjanjikan di Labuan Bajo
– Pemkab Mabar Dukung Digitalisasi dan Peningkatan PAD Lewat Bank Mandiri
– Deputi Kemenpar Tinjau dan Bina SDM BPOLBF di Labuan Bajo
– Cek Destinasinya! Ini Rute Open Trip Labuan Bajo 3 Hari 2 Malam


Uap panas dari periuk tanah naik melalui lubang kecil di dasar bambu, menghasilkan aroma khas yang menggugah selera. Di beberapa daerah lain, bambu diganti dengan anyaman tikar berbentuk kerucut yang menambah cita rasa khasnya.

Dulu, songkol biasa dijajakan di pasar rakyat seperti Amba Warloka, pasar tua di pesisir selatan Labuan Bajo yang menjadi titik pertemuan antara masyarakat pegunungan dan pesisir. Tradisi barter masih berlangsung di sana hingga kini, mengingatkan kembali pada suasana perdagangan masa lampau.

Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah AD_4nXeJjhlBaOOr-jSX6uf98hikHJtIbHUPvUf-0eddYC0zzN9UN8BIsA7c6uGyI3Zq4V-4zdItCtTuTgj5sFglH7wVPl32hNjaZiViiJX-NPnCzs44XNAwmZpB8VeS9mQYDTKlP42yYCE8cxRAgNzAXc3XnUY


Kini, di tengah geliat pariwisata super premium di Labuan Bajo, upaya untuk mengangkat kembali kuliner lokal seperti songkol mulai dilakukan. Sejumlah komunitas dan pelaku wisata berusaha memperkenalkan makanan berbasis singkong ini dengan tampilan yang lebih modern tanpa meninggalkan keaslian cita rasanya.

Ajakan untuk kembali mencintai makanan lokal pun mulai digaungkan, terutama di kalangan generasi muda Manggarai Barat. Songkol bukan sekadar panganan tradisional, melainkan simbol kearifan lokal dan wujud kebanggaan terhadap identitas kuliner daerah.

Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.

Mari bergabung di Group WA berita LABUAN BAJO TODAY setiap hari.
Nikmati berita terkini tentang Wisata dan Investasi di Labuan Bajo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *