LABUANBAJOTODAY.COM, MABAR – Suasana sore di Puncak Waringin, Sabtu (8/11/2025), begitu indah. Langit jingga, angin sejuk, dan aroma pangan lokal berpadu dalam kegiatan Sabtu Minggu Ekonomi Kreatif (Sambar Ekraf) dan Festival Pangan.
Tim Labuanbajotoday tiba di lokasi sekitar pukul 16.15 Wita. Satu per satu pengunjung mulai berdatangan. Dari puncak, pemandangan sunset tampak sempurna menyambut sore itu.
Di area Festival Pangan, lapak-lapak UMKM sudah ramai. Lampu-lampu kecil menyala di setiap sudut, menambah kesan romantis di antara tenda-tenda pelaku ekonomi kreatif.
Kami memilih duduk menghadap laut, di sisi kiri, dekat dua lapak yang menjual pangan khas Manggarai.
“Silakan coba. Ini Wajik Manggarai, dari ubi singkong. Enak kok,” ujar seorang pedagang sambil menyodorkan dua bungkus wajik kepada kami.
Sambar Ekraf sendiri merupakan kegiatan rutin Dinas Pariwisata, Kebudayaan, dan Ekonomi Kreatif Manggarai Barat. Sementara Festival Pangan menjadi bagian dari upaya mengkampanyekan pangan lokal Manggarai Barat yang digagas oleh Konsorsium Pangan Bernas.
Acara dimulai dengan meditasi selama 15 menit, dipimpin oleh Liz Yani Tararubi, pemilik Dapur Tara destinasi wisata di Melo, Liang Ndara, Kecamatan Mbeliling, yang dikenal lewat sajian pangan lokal Flores.
BACA JUGA :
– Ini 2 Jalur Utama Menuju Wae Rebo, Kampung di Atas Awan
– Jelajah Pulau Sumba 4 Hari 3 Malam bersama LABAHO
– Tarif Sewa Motor dan Mobil Terbaru 2025 di Labuan Bajo
– Kolaborasi Lewat Program In-Flores, Konservasi Komodo Diperkuat
– Tips Hemat Nikmati Open Trip ke Wae Rebo
Setiap peserta mendapat benih dari panitia. Alunan musik instrumen, renungan Liz, dan cahaya senja membuat suasana makin syahdu.
“Benih-benih selalu tumbuh dalam diri kita. Kita mesti rawat, disiram, dijaga, biarkan benih-benih bertumbuh dengan baik dan bijak,” ucap Liz dalam renungannya.
Langit makin jingga, udara semakin sejuk, sementara lampu-lampu kapal di kejauhan mulai menyala. Warna biru laut berpadu dengan siluet senja–indah dan tenang.
Menjelang pukul 17.35 Wita, tim Labuanbajotoday berkeliling ke lapak-lapak UMKM. Makanan khas Manggarai dan Flores dijajakan di sana. Beberapa wisatawan asing tampak ikut menikmati suasana.
Rombongan wisatawan itu dipandu oleh Hendro, pemandu wisata lokal. Ia membawa lima wisatawan asal Spanyol.
“Mereka sendiri yang minta datang ke sini. Katanya penasaran dengan sunset di Puncak Waringin,” ujar Hendro.
Selain mencicipi makanan lokal, para wisatawan terlihat tertarik dengan cara penyajian yang masih tradisional. Beberapa ibu mengenakan kain songke saat melayani pembeli.
Di atas meja kayu sederhana, tersusun kue-kue lokal seperti jawada, cemilan dari tepung beras dan gula aren, serta kopi Manggarai yang diseduh perlahan di atas tungku kecil.
BACA JUGA :
– Menjelajah Pesona Labuan Bajo Bersama LABAHO
– Lima Contoh Investasi Properti Menjanjikan di Labuan Bajo
– Dari Labuan Bajo hingga Ngada, Imigrasi Perkuat Pengawasan WNA
– Mau Pagi atau Sore, Puncak Waringin Tetap Bikin Jatuh Cinta
– Cek Destinasinya! Ini Rute Open Trip Labuan Bajo 3 Hari 2 Malam
Tak jauh dari situ, anak-anak muda Manggarai menampilkan musik akustik. Lagu-lagu bertema alam dan kampung halaman mengalun lembut, seolah menjadi latar suara bagi matahari yang perlahan tenggelam di ufuk barat.
Pengunjung menikmati sore itu tanpa tergesa ada yang berswafoto, ada yang duduk diam memandangi laut, ada pula yang sekadar menyesap kopi sambil berbincang ringan.
“Festival seperti ini bikin kami bangga,” kata Maria, salah satu pelaku UMKM.
“Kami bisa jual produk lokal, tapi juga belajar cara tampil dan promosi dengan baik. Banyak wisatawan yang tertarik karena tahu ini buatan tangan sendiri,” lanjutnya.
Dinas Pariwisata, Kebudayaan, dan Ekonomi Kreatif Manggarai Barat berharap kegiatan seperti Sambar Ekraf dan Festival Pangan dapat menjadi ruang tumbuh bagi pelaku kreatif lokal.
Tidak sekadar tempat jualan, tapi juga ruang pertemuan ide, budaya, dan rasa cinta terhadap daerah sendiri.
“Kita ingin ekonomi kreatif di Labuan Bajo tumbuh. Ini juga cara kita bantu UMKM lokal agar bisa ikut menikmati ramainya pariwisata,” ujar Stefanus Jemsifori, Kepala Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif dan Kebudayaan Manggarai Barat.
Pukul 18.00 Wita, kami meninggalkan lokasi. Langit mulai gelap, namun aroma singkong panggang dan suara tawa pengunjung masih terasa hangat di udara.
Di kepala kami, sore di Puncak Waringin itu tersimpan sebagai cerita: tentang pangan lokal, cahaya senja, dan semangat masyarakat Manggarai yang terus menumbuhkan kreativitas dari tanahnya sendiri.
Kami membawa cerita, melukis senja, dan membawa pulang aroma khas pangan lokal Manggarai.
Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.
Mari bergabung di Group WA berita LABUAN BAJO TODAY setiap hari.
Nikmati berita terkini tentang Wisata dan Investasi di Labuan Bajo.
